Kamis, 04 Februari 2016

Bercinta dengan 2 Jenik SMP

Bercinta dengan 2 Jenik SMP

Jeni, Santi dan Sinti memandangi terus ke bagian bawah tubuhku, apalagi kalau bukan batang kemaluanku yang sangat kubanggakan, hitam, panjang, besar, berotot, dan berdenyut-denyut. Lita sendiri sudah melepaskan seluruh pakaiannya. Puting susu Lita sudah membenjol cukup besar karena sering kali kuhisap, dan oleh Lita sendiri sering ditarik-tarik saat menjelang tidur.

Payudaranya masih belum nampak mulai menumbuh. Untuk bagian bawah, vagina Lita sudah sedikit berubah. Dulunya hanya seperti garis membujur, sekarang dari kemaluan Lita sudah mencuat bibir bibir berdaging, hal ini dikarenakan sudah sering kumasuki dengan batang kemaluanku tentunya, tetapi itu semua tidak mengurangi kesantian dan kemampuan empotnya (hisapan dan pijatan vagina).

Aku main tembak langsung saja kepada Lita, sebab aku tahu Lita sudah sangat berpengalaman sekali untuk hal beginian. Kupagut bibir Lita, tanganku memainkan puting susu dan litang nikmatnya, Lita sudah cepat sekali terangsang, kulepaskan pagutanku, lalu kuciumi puting susunya. Kuhisap bergantian, kiri dan kjenin. Jeni, Santi dan Sinti melihat caraku memainkan tubuh telanjang Lita, napas mereka bertiga mulai memburu, rupanya nafsu ingin ikut merasakan telah menghinggapi mereka.

Sekian lama kuciumi dan hisap puting susu mungil yang sudah lumayan membenjol besar itu, aku memang sangat suka sekali menetek dan menghisap puting susu, terlebih bila melihat ibu muda sedang menyusui bayinya, ouw, pasti aku langsung terangsang hebat.

Setelah puas kuberkutat di puting susu Lita dengan ciuman dan hisapan mulutku, kualihkan ke litang senggama Lita, kalau dahulu Lita tidak bisa menahan puncak orgasmenya, sekarang sudah sedikit ada kemajuan. Kuhisap dan kuciumi litangnya, Lita masih bisa menahan agar tidak jebol, tidak lama aku merasakan Lita sudah bergetar, kupikir jika aku terlalu lama menghisap lubang senggamanya, Lita pasti tidak akan kuat lagi menahan cairan maninya keluar, maka langsung saja kumasukkan batang kemaluanku yang sudah sangat tegang itu ke lubang kenikmatan Lita. Aku tidak merasa kesulitan lagi untuk memasuki lubang vagina Lita, sudah begitu hapal, maka semua batang kemaluanku amblas ke dalam lubang senggama Lita.
Jeni, Santi dan Sinti melihat dengan sedikit melotot seolah tidak percaya batang kejantjeninku yang hitam, panjang dan sedemikian besarnya bisa masuk ke lubang senggama teman mereka, yaitu Lita. Mereka bertiga mendesah-desah aku merasa mereka sudah ingin sekali merasakan lubang kenikmatan mereka juga diterobos batang kejantjeninku.

Aku menggerakan maju mundur, mulai dari perlahan lalu bertambah cepat, kemudian berganti posisi, berulang kali sekitar 15 menit. Aku sudah merasakan Lita akan mencapai puncak orgasmenya. Betul saja, tidak lama kemudian, Lita memelukku erat dan dari dalam lubang surganya aku merasakan ada semprotan yang keras menerpa kepala kejantjeninku yang berada di dalam lubang vaginanya. Banyak sekali Lita mengeluarkan cairan mani, Lita terkulai lemas, batang kejantjeninku masih gagah dan kokoh, memang aku sengaja untuk tidak menguras tenagaku berlebihan, target tiga vagina perawan yang menanti harus tercapai.

Lita kusuruh istirahat, Lita langsung menuju ke kamar mandi untuk membersihkan badan sekaligus beristirahat, selanjutnya kutawarkan ke Jeni, Santi, dan Sinti, siapa yang mau duluan. Sejenak mereka bertiga sepertinya ragu, lalu akhirnya Jeni yang mengajukan diri untuk mencoba.

"Bagus Jeni, kamu berani deh." pujiku kepada Jeni.

Tanpa berlama-lama, kusuruh Jeni untuk membuka seluruh pakaian yang melekat di tubuhnya, langsung saja Jeni melakukan apa yang kusuruh, aku memandangi Jeni yang mulai melepas pakaiannya satu persatu, sampai akhirnya telanjang bulat. Tubuh Jeni putih bersih, apa yang tadi membuatku penasaran sudah terobati, puting susu Jeni kunilai aneh, payudaranya memang belum tumbuh, akan tetapi puting susunya itu membenjol lumayan besar. Bentuknya unik dan baru kali ini aku melihatnya, bentuknya mengerucut tumpul, puting susu dan lingkaran hitam kecoklatannya menyatu dan meninggi. Kata kamus ilmiah, puting susu berbentuk seperti ini langka sekali dan kualitas sensitifnya sangat tinggi, bisa dikatakan sangat perasa sekali. Sedangkan vaginanya masih berupa garis, dengan bagian sisinya sedikit membukit. Sepertinya vagina ini kenyal sekali dan super enak. Tidak sabar rasanya kuingin segera merasakannnya.

Aku langsung menciumi bibir Jeni yang sensual itu, kupagut dengan mesra. Tanganku bergerak mengusap puting susu unik milik Jeni. Benar saja, begitu telapak tanganku mengusap puting susunya, Jeni merasa sangat terangsang.

"Ouwww... Oommm... enak sekali Oom.." Jeni mengomentari apa yang dirasakannya.

Aku merasakan puting susu Jeni mulai menegang. Segera saja kulepaskan pagutanku di bibir Jeni, aku merasa senang, rupanya Jeni telah tanggap dengan apa yang kumau, dengan tangannya sendiri menjepit puting susunya dan menyodorkan kepadaku. Maka dengan rakusnya, mulailah kuciumi dan kuhisap, Jeni berkali-kali menjerit kecil. Rupanya puting susu Jeni sangat perasa, tanganku tanpa sadar menyentuh kemaluan Jeni, ternyata vagina Jeni sudah basah dan banyak juga cairan maninya yang merembes keluar. Aku terus saja menyusu dan mengempot puting susu Jeni, kiri dan kjenin bergantian.

"Oomm... Jeni kok seperti mau pipis nih... Ada sesuatu yang mau keluar dari memek Jeni nih..." Jeni mengungkapkan apa yang akan terjadi.

"Tahan dikit dong..." jawabku.

Mendengar hal ini, kulepaskan hisapanku dari puting susu Jeni, lalu mulutku beralih ke litang senggama Jeni. Secara otomatis, Jeni sudah mengangkangkan kedua kakinya, aku mencium aroma dahsyat dari litangnya Jeni. Sungguh legit. Vagina Jeni merah sekali dan sudah mengkilap, kujilati kemaluan yang basah itu, selanjutnya kuhisap dalam-dalam. Jeni rupanya mengelinjang litar karena merasa nikmat.

"Oomm... Jeni udah ngga kuat lagi nihhh... aahhh..." jerit Jeni seiring dengan tubunnya yang menegang.

Cerita sex Saat itu, mulutku masih menghisap lubang kemaluan Jeni, aku merasakan ada sesuatu yang menyemprot, rasanya asih dan gurih. Inikah cairan mani Jeni karena sudah mencapai orgame pertamanya, tanpa pikir panjang kutelan saja cairan mani itu, kujilati dengan rakus. Kulihat juga buah klitoris Jeni yang kecil mencuat berdenyut-denyut. Aku sendiri merasakan sudah akan mencapai puncak orgasmeku.

"Jeni.. Oom mau masukin titit Oom ke lubang memek Jeni nih.." aku meminta ijin kepada Jeni.

"Ya Oom, masukin saja, ayo dong cepat..." Jeni rupanya sudah tidak sabar lagi ingin merasakan batang kejantjeninku memasuki lubang surganya.

Kuarahkan kepala senjataku ke lubang senggamanya Jeni, Jeni tanpa diminta memegang batang kemaluanku dan membimbingnya memasuki lubang kemaluannya. Surprise, insting Jeni hebat juga nih pikirku, tanpa kesulitan, lubang vagina yang sudah banjir dengan cairan mani itu menerima kepala kemaluan dan batang kemaluanku. Lumayan sempit juga, untungnya tertolong oleh cairan mani dan pengertian Jeni membimbing masuk batang kemaluanku sehingga aku tidak kerepotan saat memasukannya.

"Blusss..." kutekan sepenuhnya, aku maju mundurkan dengan segera, perlahan, lalu cepat.

Aku merasa akan mencapai klimaksku, hisapan vagina Jeni sungguh dahsyat. Ini yang membuatku tidak kuat menahan cairan maniku untuk lama keluar. Jeni memang kuat sekali, aku merasakan Jeni berkali-kali menyemprotkan cairan maninya, mungkin ada lima kali lebih, akan tetapi Jeni masih mampu mengimbangi gerakanku, hebatnya lagi, goyangan pantatnya. Oh edan, akhirnya aku merasa tidak kuat menahan lagi, kulihat Jeni pun sudah akan mencapai orgasme puncaknya.

"Jeni.. kita sama-sama keluarkan yaaa.. please sayang.." pintaku sambil sekuat tenaga menahan.

"Iiiiyaaa.. Oommm.. sekarang yaaa..." Jeni berkata dengan bergetar.

Aku mengeram, tubuhku menegang, tubuh kecil Jeni yang kutindih, kupeluk erat sekali.

"Crottt... crrruttt... aaahhh.. seerrr..." kukeluarkan cairan mani puncak orgasmeku di dalam lubang kemaluan Jeni yang sempit itu.

Karena banyaknya cairan mani di dalam lubang senggama Jeni, lubang kelamin itu tidak bisa menampung semua, maka merembes dengan derasnya cairan mani itu keluar dari lubang senggama, cairan maniku yang bercampur dengan cairan mani Jeni. Kucabut batang kemaluanku yang masih cukup tegang dari lubang kemaluan Jeni, batang kejantjeninku sangat mengkilap, seperti habis di pernis.

Santi dan Sinti, tanpa sepengetahuanku ternyata telah telanjang bulat, rupanya mereka berdua tidak tahan melihat pergulatanku yang cukup lama dengan Jeni. Memang kuakui Jeni sangat kuat, cewek tomboy ternyata benar-benar hebat permainan senggamanya. Apa yang dikatakan orang memang bukan isapan jempol, aku sudah membuktikannya hari ini lewat gadis kecil bernama Jeni. Kupikir jika gadis tomboy yang sudah matang pasti akan lebih kuat lagi.

Kulihat juga Lita sudah selesai membersihkan badan dan sekarang dengan penuh pengertian sibuk di dapur untuk membuat makjenin. Jeni yang masih terkulai lemas, kusuruh untuk mandi dulu dan istirahat, lalu setelah itu kusuruh juga untuk membantu Lita di dapur.

Santi dan Sinti dengan telanjang bulat telah menghampiriku, dari pandangan mata mereka seolah meminta giliran. Aku sebenarnya merasa kasihan, aku masih cukup lelah untuk memulainya lagi. Kupikir kalau kubiarkan mereka terlalu lama menanti, pastilah akan membuat mereka kehilangan gairah nantinya, akhirnya kuminum obat yang kubeli tadi di apotik. Kuminum 6 pil sekaligus, reaksi obat ini sangat cepat, badanku merasa pjenis. Melihat tubuh-tubuh kecil telanjang bulat milik Santi dan Sinti, batang kemaluanku yang tadinya loyo sekarang tegang dan mengacung-ngacung, gairahku lebih membara lagi.

Santi seingatku tadi masih menggunakan pakaian lengkapnya, sekarang sudah telanjang bulat, sungguh aku mengagumi tubuhnya, payudaranya sedikit menumbuh dan membukit, puting susunya kecil, mungil, coklat kehitaman telah menegang sehingga meruncing, lubang kemaluannya pun kulihat sudah basah menunggu penantian. Lalu Sinti, yang juga tadi masih kulihat berpakaian lengkap, sekarang telah telanjang bulat pula. Sinti memang lain sendiri dibandingkan Jeni, Lita dan Santi, mungkin karena masih keturunan India, akan tetapi Sinti juga yang paling muda sendiri. Usianya selisih satu tahun lebih muda dibandingkan Jeni, Santi maupun Lita. Jelas sekali dengan kurun usia relatif sangat muda, pertumbuhan payudaranya belum ada sama sekali, puting susunya juga belum menampakkan benjolan yang berarti, masih rata dengan dada. Tetapi karena terangsang, rupanya menjadi sedikit meruncing. Lalu vaginanya pun masih biasa saja, kesimpulanku Sinti masih imut sekali. Mungkin satu tahun ke depan baru ada perubahan, aku sebenarnya tidak tega untuk menerobos keperawjeninnya sekarang, tetapi apa komentarnya nanti, pastilah dikatakan olehnya tidak adil, bahkan yang kukuatirkan adalah Sinti nantinya akan marah dan cerita tentang hal ini kepada orang lain.

Dalam waktu yang bersamaan, kurengkuh dua gadis kecil itu sekaligus. Kupagut bibir Sinti, kuciumi leher dahi dan tengkuknya. Sinti merasa enak dan geli, sedangkan Santi, puting susu dan payudaranya kuusap-usap dengan tanganku, payudaranya yang sudah cukup membukit menjadikan tanganku bisa meremasnya. Santi mendesah keenakan. Aku minta ke Santi untuk memijat-mijat batang kemaluanku, ternyata Santi pandai juga memijat. Batang kejantjeninku semakin menegang. Pijatan Santi sungguh enak sekali, apalagi remasan tangganya di buah kejantjeninku.

Selanjutnya, kulepaskan pagutanku di bibir Sinti, kulanjutkan dengan menghisap puting susu Sinti yang meruncing kecil. Sinti menggelinjang keenakan, kujilati dan kubuat cupang banyak sekali di dada Sinti, sampai akhirnya aku beralih ke litangnya Sinti yang sangat imut, kemaluan ini sama seperti kepunyaan jenik-jenik kecil yang sering kulihat mandi di sungai. Tetapi, ah masa bodo. Sinti kegelitan ketika kumulai menciumi, menjilat dan menghisap vaginanya itu. Kukangkangkan kedua kaki Sinti, maka terkuaklah belahan kemaluan dengan lubang yang sangat sempit. Jika kuukur, lubang kemaluan itu hanya seukuran pulpen kecil. Aku sempat gundah, apakah batang kejantjeninku bisa masuk? Tetapi akan kucoba, kuyakin lubang surga itu kan elastis, jadi bisa menampung batang kemaluan sebesar apapun.

Sinti merasa sangat keenakan ketika kumainkan kemaluannya, berkali-kali Sinti orgasme. Cairan maninya sungguh wangi. Setelah puas memainkan vagina Sinti, kuminta Sinti bersiap, sedangkan Santi kusuruh berhenti memainkan buah zakar dan batang kemaluanku. Lalu kupagut bibir Santi sebentar, kemudian kuciumi leher dan tengkuknya. Santi mendesah, tidak berapa lama, kuberalih ke payudara dan puting susu Santi. Kuciumi dan hisap dengan penuh nafsu, payudara yang baru membukit itu kuremas-remas dengan gemas.

Puting susunya yang kecil itu kuhisap dan kusedot. Aku menyusu cukup lama, vagina Santi yang sudah basah pun tidak luput dari hisapanku. Sinti sudah menunggu-nunggu, menantikan batang kemaluanku memasuki lubang nikmat kecilnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar