Ternyata Ngentot Enak Juga Cerita ini terjadi ketika aku masih duduk di bangku kuliah. Sebagai seorang mahasiswa jurusan bahasa Inggris, sudah dapat dipastikan kalau kemampuanku dalam bahasa inggris di atas rata-rata dan dinilai cukup baik, apalagi yang meniai adalah seseorang yang masih duduk di bangku kelas 3 SMP. Berawal perkenalanku dengan gadis imut inilah, kisah di bawah ini akan saya tuliskan. Semenjak saya berkenalan dengan Evi, gadis imut yang cantik, dengan bulu mata yang lentik dan bibir merah tipis yang merekah. Dalam pandangan saya, Evi adalah abg imut yang enak di pandang mata. Dengan kelebihan ku dalam berbahasa inggris, aku mulai beraksi untuk memberikan les gratis ke rumahnya, itupun atas permintaannya. "Kak, ajarin aku PR bahasa Inggris dong" pintanya sambil tersenyum. "Boleh, emang PR nya susah ya?" tanyaku basa-basi. "Iya, banyak lagi" "Ya sudah, kamu ambil bukunya, nanti aku ajari" pintaku sambil mataku tak berhenti. Menatap wajahnya yang cantik dan imut. Sungguh hatiku jadi deg-deg an dan pikiran kotor terlintas dalam otakku. Timbul rencana-rencana yang membuat burungku berdiri bila membayangkan bentuk tubuhnya yang mulai mekar. Dadanya yang mungil, pantatnya yang sekel. Ah, burungku tambah keras aja. "Ini kak, bukunya, " Tiba-tiba suara merdu mengagetkan lamunanku. "Eh, Evi, cepet banget ambil bukunya?" tanyaku berdalih dan gelagapan. "Rumahku dekat dari sini, yang itu, cat warna merah?" Ia menunjukkan rumahnya sambil menudingkan telunjuknya. Aku perhatikan bagian dadanya, saat dia menunujuk, kulihat dari sela ketiaknya bulatan dadanya yang terbungkus kaos sungguh indah, apalagi terbuka tiada satu lehai benangpun yang menutupinya. Pikiranku mulai kotor. "Kak, di ajak ngomong kok malah bengong." Evi dengan cepat menurunkan tangannya dan me-nekuk punggungnya sehingga busungan dadanya mengecil. Rupanya dia tahu apa yang aku perhatikan. Tapi meskipun posisinya begitu, tetap saja dadanya terlihat, karena ukurannya sedikit besar. Dia tersenyum memperhatikanku, menjadikan aku salah tingkah. "Ah, enggak, enggak bengong kok," jawabku sekenanya. Lalu aku meminta buku PR nya. "Wah, ini mah sedikit susah, aku harus liat buku panduanku dulu" Aku mencari alas an agar aku bebas berduaan dengannya. "Buku panduan apaan sih?" tanya Evi. "Pelajaran kuliahku, atau begini aja, kamu besok sepulang sekolah mampir ke rumahku, nanti aku ajari sampai bisa" Alasanku mulai kususun untuk menjebaknya. "Ya sudah, besok aja ya" Aku menyerahkan kembali buku PR nya sambil meremas tangannya, Evi buru-buru menarik tangannya sambil tersenyum dan lari menuju rumahnya. Sebelum menghilang di balik tikungan, dia tersenyum penuh arti kepadaku. Tepat jam 1 siang Evi datang di saat aku lagi tiduran di kamarku. Pintu kamarku di ketuk. "Kak..., kak..." Evi memanggil, lalu kubuka pintu kamarku dan menyuruhnya duduk di sofa ruang tamu. Sementara aku ganti pakaian. Setelah basa-basi aku lantas mengerjakan Prnya dan mengajarinya bahasa inggris. Burungku yang sedari kedatangannya tegang kini mulai terasa pegal dan tak terhitung berapa kali aku menelan air liur, saat dia membungkuk dan secara tak sengaja aku mengintip belahan dadanya. Aku memperhatikan wajahnya yang sekarang begitu dekat dan mencium parfumnya yang bercampur sedikit keringat. "Capek..?" kataku setelah dia selesai menulis Prnya dan menghela nafas berat kelelahan. "Iya, sedikit..." "Apanya yang capek?" tanyaku. "Tangannya pegel, dari tadi nulis melulu" sembari memijit tangan kanannya. "Ah, enak kak" desah Evi sambil menikmati pijatanki. Akupun semakin berani memijat, dari tangan pindah ke bahu, dari bahu pindah ke pangkal leher. Evi terlihat memejamkan mata. Sepertinya Evi meresapi pijatan di pangkal lehernya. "Enak enggak?" tanyaku parau. "Enak sekali kak" desah Evi membuat anuku semakin keras. Akupun memberanikan diri membuka kancing bajunya yang paling atas, dan dia diam saja. Satu kancing baju sudah cukup bagiku untuk melihat betapa mulusnya mundak ABG ini. Akupun melakukan pemijatan yang pelan dan setengah mengelus elus pundak tersebut. "Ah.. Enak sekali kak, aku jadi ngantuk" Terlihat Evi sudah sedikit tergoda dengan trik yang kumainkan. "Enggak papa kalau kamu sambil tiduran, aku pijit komplit deh" Aku menawarkan jasa gratis. "Enggak ah, begini juga sudah enak." Evi menjawab sambil terpejam. Aku terangsang bukan kepalang dan burungku sudah berdenyut kencang. Aku meraba pundak dan turun sedikit ke bagian dada atasnya. Dan Evi masih terdiam. Aku melangkah ke belakang tubuhnya dan terus melakukan usapan, dan berusaha menempelkan anuku ke punggungnya. Hangat. Aku beranikan untuk membuka kancing bajunya yang kedua dan dia masih diam sambil terpejam. Aku sudah tak tahan, aku raba dadanya yang montok dengan kedua telapak tanganku dan meremasnya perlahan. "Ah. Kak... Jangan... Malu, nanti dilihat orang," kata Evi sambil berusaha memegang kedua tanganku. Tapi Evi tidak berusah menghentikan aktifitas tanganku yang sedang mengelus benda bundar di dadanya. Kemudian aku mencium lehernya yang putih dari belakang. "Ah... Kak... Aku malu nanti dilihat orang," katanya sambil menghindar dari ciumanku. Aku terus berusaha mencium lehernya dari belakang saat Evi berusaha berdiri dan memeluknya. Tangan kiriku memeluk perut, tangan kananku memeluk dadanya. Dia Seperti kaget melihat tindakanku yang agresif ini. Tapi Evi tidak berusaha menghindar. "Evi... Kamu cantik sekali," gumamku dengan suara parau. Evi hanya berdiri terdiam. Tangannya memgangi tanganku yang meraba dadanya. Matanya terpejam dan mulutnya mendesah. "Ah... Kakk..." Tangan kananku berpindah dari dada turun mengelus pahanya. Aku singkap rok birunya, burungku aku tempelkan pada belahan pantatnya yang bahenol. Aku gesekkan kontolku pelan pelan. Enak sekali rasanya. Aku buka kancing ketiga, keempat dan semua... Evi diam saja. Tangan kananku mencoba meraba daerah terlarangnya, tapi tiba-tiba, tanganku di pegangnya dan ditepiskannya. Tanpa sepatah kata dia berlari ke kamarku yang tidak aku kunci. Aku kaget. Namun aku jadi lega karena ia berlari ke arah kamar. Berarti... Aku segera menyulus dengan cepat ke arah kamar sambil membenarkan posisi kontolku yang menonjol, karena aku tidak pakai CD. Aku kunci kamar dan aku melihat Evi berdiri di depan cermin besar dengan masih posisi bajunya terbuka, tidak dikancingkan. Aku mendekat dan aku raih mukanya dengan kedua tanganku dan kemudian tanpa kata-kata aku mencium bibirnya yang aduhai. "Emmm..." Tangan kananku mencoba membuka pakaian seragam SMPnya. Dan kini terpampang kedua dadanya yang dilapisi BH merah. Dia sudah tidak perduli lagi dengan usahaku, bahkan tangannya merangkul leherku sambil membalas lumatan bibirku. Aku semakin berani membuka kancing Bhnya, sambil mengelus punggungnya. Sementara bibirku terus mecium bibirnya dengan lahap. Tak ada kata yang terucap, hanya suara beradunya bibir dan dengau nafas yang kian memburu. Aku berhasil membuka Bhnya, tapi kedua tangannya menutupi dadanya seolah tidak boleh dilihat. Aku tidak perduli. Aku singkap rok birunya dan aku elus-elus pantatnya sambil menempelkan kontolku tepat ke selangkangannya. Aku tekan sedikit dengan tanganku yang menempel di pantatnya. Evi pun menekan selangkangannya ke depan. "Ah..., Evi..." Aku mencoba membuka resleting roknya dan dengan sekali sentak, jatuhlah rok itu ke lantai. "Kak... Mau ngapain sihhh pake lepas rokk..." suaranya sudah tidak beraturan. "Enggak papa, cuma mau liat aja..." jawabku sekenanya. Tangan kanan Evi menutup vagina nya dan tangan kiri menutup buah dadanya. Tapi aku terus mencium sekenanya. "Evi... Kakak boleh pegang ini enggak?" tanyaku sambil meraba toketnya. "Enggak boleh...?" katanya sambil tersenyum manis. "Sedikit aja, masak enggak boleh sih.." aku merayu. Evi tidak menjawab dengan kata-kata tapi dia tiba-tiba memelukku dengan menempelkan toketnya ke dadaku. Empuk banget. Enak. Aku pegang payudara sebelah kirinya dengan tangan kananku dan kuremas perlahan. "Ah..." Evi mendesah. Tangan kiriku meraba resleting celanaku dan membukanya dan... "Kak... Eviii takut..." katanya sambil terus melihat ke kontolku yang ngacung tepat ke arah vagina nya yang masih tertutup CD. "Enggak usah takut, enak kok, nanti kamu rasain aja, pasti ketagihan" Lalu aku tuntun tangannya untuk memegang kontolku. "Begini ya bentuknya kontol laki-laki..." kata Evi sambil memegang dan memperhatikan. "Emang kamu belum pernah tahu?" tanyaku. "Selama ini Evi hanya baca di stensil dan membayangkan aja... Gimana bentuknya.." Pantas, pikirku sedikit aneh, karena sejak dari tadi Evi tidak berusaha untuk menghindar atau melawan saat aku kerjai, rupanya dia penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang lelaki dan membuktikan kebenaran cerita dari stensil yang dia baca. "Apa semua bentuk kontol laki begini ya...?" Evi bertanya sambil mengelus. "Eemm... Shhh... Iyyaa... Samaa..." jawabku keenakan karena elusan tangannya. Lalu aku mencium teteknya dan menghisapnya. "Ahhh... Enak kak..." desahnya. Tangannya semakin kencang memegang Kontolku. Aku coba membuka CD nya dengan tangan kiri sementara tangan kanan meremas pantatnya. Sedikit turun CD nya. Tapi sudah cukup untuk memamerkan bulu-bulu tebal yang ada di sekitar vagina nya. "Evi... Enakkk enggak...?" tanyaku basa-basi. "Enakkk kakk...?" jawabnya dengan mata tertutup. Lalu aku sodokkan kontolku ke arah vagina nya yang masih rapat karena posisinya berdiri. Hangat dan basah. Aku gesek terus maju mundur dan enak sekali aku rasakan. Evipun terlihat mendesah dan memelukku erat. Pantatnya aku dorong ke arahku seirama dengan sodokanku ke vagina nya. "Ahh... Ahh... Ehmmm..." Evi mendesah enggak karuan. Aku sadar bahwa kontol ku tidak masuk ke lubang vagina nya, hanya menggesek bagian luar dan mungkin klit nya. Tapi enaknya bukan kepalang. "Kak... Aku... Mau pipisss... Ohhh... Kak... Ohhh..." Evi mendesah panjang. Rupanya dia mau klimaks, hanya dia tidak tahu, makanya disebutnya mau pipis. "Ah... Kakakkk... Juggaaa mauuu... Oh... Shhh... Ouhhh..." Evi memeluk erat sekali. Semakin erat dan erat... Aku dorong kuat pantatku kedepan dan tanganku mendorong pantanya kuat kuat. Dan muncratlah spermaku. "Ahhh... Oh... Shhh... Eviii... Ouhhh..." Evi tak kalah semangatnya. Dia mendorongkan pantatnya maju bersamaan dengan klimak yang ia dapat. "Kakkk... Ahhh... Ahhh... Shhh..." Dipeluknya aku erat-erat hingga hampir 1 menit. "shhh... Aduhhh... Enakkk... Viii..." Gumamku disela-sela pelukannya yang erat. Keringat bercucuran dari kening dan punggung Evi. Aku elus semua tubuhnya dan kuremas payudara dan pantatnya. Tampak ketegangan menyelimuti mukanya yang ayu. Matanya masih tertutup menikmati sisa-sisa kenikmatan yang ada. Setelah itu Evi melepaskan pelukannya dan menuju kasur yang aku gelar sebagai tempat tidur. Dia baringkan tubuhnya di situ dengan kaki di tekuk dan tangan di satukan menutupi toketnya. Matanya kemudian terpejam dengan bibir tersenyum di tahan. Aku sibuk mencari lap untuk mengelap cairan sperma yang tumpah di lantai dan sisa yang menempel di kontol ku. Sambil mengelap Kontol, aku perhatikan Evi yang terbaring meringkuk di kasur. Ah... Indah sekali bentuk tubuhnya. Aku mengenakan sarung dan menyelimutinya dan duduk di sampingnya. "Evi... Kamu pernah melakukan ini ya? tanyaku menyelidik. "Enggak pernah." Jawabnya dengan tegas. "Tapi kamu kok sepertinya tenang-tenang aja waktu aku..." kataku "Aku penasaran kak, apa iya enak dan asyik seperti cerita di stensil" "Kamu enggak keberatan kita begini?" tanyaku. "Aku juga heran, kenapa aku enggak bias nolak dan sulit untuk melarang." "Kamu ngarepin juga kan?" kataku sambil tersenyum "Ihhh... Enak aja..." Evi mencubit pahaku.
bacaan yang mengenai orang dewasa tingkah lakunya,sekedar hanya untuk hiburan fantasi alam bawah sadar kita
Senin, 22 Februari 2016
asik bercinta
Minggu, 21 Februari 2016
bacaan dewasa: Perawanin Anak Sekolah Di Warnet
Kamis, 18 Februari 2016
Perawanin Anak Sekolah Di Warnet
Perawanin Anak Sekolah Di Warnet Cerita sex perawanin anak sekolah di warnet ini merupakan cerita dewasa tentang petualangan sorang anak SMU yang sedang mencari tugas di internet! sekilas tentang diriku. Namaku wawan,sekarang aku masih menyelesaikan kuliah di salah satu universita ternama di kotaku. Kejadian ini kualami ketika aku masih duduk di bangku SMA,dan aku melakukannya dengan tetanggaku sendiri, yang bernama tiya. Dari segi fisik dia memang cantik,dari raut wajahnya yang oriental, sampai ke lekuk tubuhnya tidak ada yang cacat apalagi payudaranya yang membuat semua laki laki yang melihatnya pasti menelan ludah. ,Ketika itu aku bersama tiya pergi ke warnet untuk mencari tugas, kebetulan kami sekelompok jadi kami mengerjakan tugas harus bersama. Ketika kami sampai di warnet kami langsung mengambil tempat masing masing dan mulai searching di om google tugas yang diberikan oleh pak guru Setelah beberapa jam tugas yg ku cari telah terkumpul.Untuk menghilangkan jenuh,dengan iseng aku membuka situs situs porno.Karena keasikan aku sampai ngak sadar kalo tiya meperhatikanku dari belakan "Wahh lu ya di suruh cariin tugas malah nonton bokep "kata tiya.aku pun langsung nge respon" nona yg cantik tugasnya udah selesai jadi apa salahnya dong kalo gue nyantai dulu,klo lu mau ikut duduk ajah,ngak usah malu malu!! Kataku padanya,dan iapun mau.setelah selesai satu video kulihat dari raut wajahnya ternyata ia mulai terangsan oleh video tadi.Muncullah pikiran usil di benaku.Mula mula aku bertaanya padanya " Tiya video nya bagus ngak??"bagus jawabnya dengan santai. Kalo gitu kita lanjutin aja videonya.tanpa ragu ragu ia pun mau. Jurus pertama aku langsung mengangkat tanganku dan ku sandarkan di pundaknya,dia pun tidak ngerespon"bagus kataku dalam hati" Jurus kedua aku langsung mendekatkan wajah ku dekat dengan wajahnya,dan menghembuskan nafas di telinganya,dia pun langsung meresponnya dengan langsung melumat bibirku. kebetulan warnet tersebut biliknya berbentuk kamar kecil dng ukuran 150 X 150M,dan ada pintunya,jadi aku lebih leluasa untuk bermain di dalamnya pikirku dalam hati. Beberapa lamanya ia melumat bibirku,aku pun memcoba membuka bajunya,dan ahha!!! Ternyata ia tidak marah.kugunakan kesempatan ini untuk melanjutkan ke tahap berikutnya.setelah kubuka bajunya kini branya yang kubuka,dan terlihat payudaranya yang montok,kencang,dengan puting berwarna merahmuda. Akupun langsung menghisap payudara kanannya,sementara itu,tangan kiriku meremas remas yang sebelah kirinya. Setelah puas bermain yang di atas,kini aku mulai membuka celananya,tapi dia menolak"pank gue masih virgin,lu mau bertanggung jawab dengan apa yg akan lu lakukan terhadap gue. Dengan eteng ku jawab YA!.Akhirnya ia pun mau. wawan ,lo nggak adil,masa dari tadi lu saja yang main,katanya merasa tidak adil. Oke lah kalo begitu lo pernah ngak mengoral kontol cowok.kataku padanya.belum,jawabnya,kalo begitu sekarang lu oralin kontol gue. Tanpa ragu ragu ia pun langsum mengoral kontol ku yang sudah tegang.sekitar 6 menit ia mengoral kontolku,aku merasakan maniku akan keluar. Rasasanya aku ingin berteriak,tapi aku takut akan kedengaran oleh orang lain,tapi aku pun berpikir ah tidah mungkin,kan disini musiknya kencang jadi jika aku berteriak tdak ada yang akan mendengar. Akhirny aku menumpahkan hormonku di dalammulutnya,dan iya menelannya hinga tidak ada sisanya.anehnya setelah itu kontolku tidak langsung layu,tapi malah menantang tegangnya. Aku pun langsung menyuru tiya untuk duduk di atas meja yang tidak begitu besar,dan akupun siap bertempur. Mulamula aku menggesek gesekkan kepala kontolku di bibir vagina nya,kemudian aku mulai menyodoknya kedalam.terdengar teriakan kecilnya"uuuwwwh..." Kusodokan lebih dalam lagi,dan"slop"begitu bunyi memek perawannya,dan dia pun ber desis"ahhh...."kemudian aku parkirkan kontolku di dalam memeknya,untuk membiasakan otot otot kontolku didalamnya.sekitar 1 menit,aku pun langsung menyodoknya secara berlahan tapi pasti. Semakin lama semakin cepat,dia pun hanya bisa bertereriak"ooooohh....aaahhhhhh....uhhhh.setelah capek dengan gaya tersebut aku langsung duduk di kursi,dengan tanpa di perinta ia pun langsung duduk tepat di atas kontolku,dan dimasukannya kontolku di dalam memeknya,dan ia mulai memompanya. "Awwwwwwhhhh owhhhhhhh uhhhhhh" shshsss Awwhwwwwhhh begitulah suarah yang di keluarkannya.setelah kurang lebih 15 menit ia berkta"say gue mau keluar "ok oke,tapi kita keluarnya barengan aja,gue juga udah mu keluar,dan crot crot crot, maniku tumpah di dalamnya,bersamaan dengan darah perawannya. Setelah itu aku langsung berpakaian kembali,dan membersihan darah,dan mani yang tumpah di lantai. Akhrnya sekitar pukul 06.30.malam aku pulang dengan hati gembira karena baru menikmati perawan cantik. Dan mulai hari itulah aku jadian dengannya,dan sering melakukan hubungan tersebut,bahkan pernah di perpustakaan sekolah.
Rabu, 17 Februari 2016
lugu"a pembantuku ini
Sumiah Pembantu Lugu Aku adalah seorang ayah dari 2 orang anak lelaki yang berusia 9 dan 4 tahun. Isteriku bekerja sebagai Direktur di suatu prusahaan swasta. Kehidupan rumah tanggaku harmonis dan bahagia, kehidupan seks-ku dengan isteriku tidak ada hambatan sama sekali. Kami memiliki seorang pembantu, Sumiah namanya, berumur kurang lebih 23 tahun, belum kawin dan masih lugu karena kami dapatkan langsung dari desanya di Jawa Timur. Wajahnya biasa saja, tidak cantik juga tidak jelek, kulitnya bersih dan putih terawat, badannya kecil, tinggi kira-kira 155 cm, tidak gemuk tapi sangat ideal dengan postur tubuhnya, buah dadanya juga tidak besar, hanya sebesar nasi di Kentucky Fried Chicken. Cerita ini terjadi pada tahun 1999, berawal ketika aku pulang kantor kurang lebih pukul 14:00, jauh lebih cepat dari biasanya yang pukul 19:00. Anakku biasanya pulang dengan ibunya pukul 18:30, dari rumah neneknya. Seperti biasanya, aku langsung mengganti celanaku dengan sarung kegemaranku yang tipis tapi adem, tanpa celana dalam. Pada saat aku keluar kamar, nampak Sumiah sedang menyiapkan minuman untukku, segelas besar es teh manis. Pada saat dia akan memberikan padaku, tiba- tiba dia tersandung karpet di depan sofa di mana aku duduk sambil membaca koran, gelas terlempar ke tempatku, dan dia terjerembab tepat di pangkuanku, kepalanya membentur keras kemaluanku yang hanya bersarung tipis. Spontan aku meringis kesakitan dengan badan yang sudah basah kuyup tersiram es teh manis, dia bangun membersihkan gelas yang jatuh sambil memohon maaf yang tidak henti-hentinya. Semula aku akan marah, namun melihat wajahnya yang lugu aku jadi kasihan, sambil aku memegangi kemaluanku aku berkata, “Sudahlah nggak pa-pa, cuman iniku jadi pegel”, sambil menunjuk kemaluanku. “Sum harus gimana Pak?” tanyanya lugu. Aku berdiri sambil berganti kaos oblong, menyahut sambil iseng, “Ini musti diurut nih!” “Ya, Pak nanti saya urut, tapi Sum bersihin ini dulu Pak!” jawabnya. Aku langsung masuk kamar, perasaanku saat itu kaget bercampur senang, karena mendengar jawaban pembantuku yang tidak disangka-sangka. Tidak lama kemudian dia mengetuk pintu, “Pak, Mana Pak yang harus Sum urut..” Aku langsung rebah dan membuka sarung tipisku, dengan kemaluanku yang masih lemas menggelantung. Sum menghampiri pinggir tempat tidur dan duduk. “Pake, rhemason apa balsem Pak?” tanyanya. “Jangan.. pake tangan aja, ntar bisa panas!” jawabku. Lalu dia meraih batang kemaluanku perlahan-lahan, sekonyong-konyong kemaluanku bergerak tegang, ketika dia menggenggamnya. “Pak, kok jadi besar?” tanyanya kaget. “Wah itu bengkaknya mesti cepet-cepet diurut. Kasih ludahmu aja biar nggak seret”, kataku sedikit tegang. Dengan tenang wajahnya mendekati kemaluanku, diludahinya ujung kemaluanku. “Ah.. kurang banyak”, bisikku bernafsu. Kemudian kuangkat pantatku, sampai ujung kemaluanku menyentuh bibirnya, “Dimasukin aja ke mulutmu, biar nggak cape ngurut, dan cepet keluar yang bikin bengkak!” perintahku seenaknya. Perlahan dia memasukkan kemaluanku, kepalanya kutuntun naik turun, awalnya kemaluanku kena giginya terus, tapi lama-lama mungkin dia terbiasa dengan irama dan tusukanku. Aku merasa nikmat sekali. “Akh.. uh.. uh.. hah..” Kulumannya semakin nikmat, ketika aku mau keluar aku bilang kepadanya, “Sum nanti kalau aku keluar, jangan dimuntahin ya, telan aja, sebab itu obat buat kesehatan, bagus sekali buat kamu”, bisikku. “Hepp.. ehm.. HPp”, jawabnya sambil melirikku dan terus mengulum naik turun. Akhirnya kumuncratkan semua air maniku. “Akh.. akh.. akh.. Sum.. Sum.. enakhh..” Pada saat aku menyemprotkan air maniku, dia diam tidak bergerak, wajahnya meringis merasakan cairan asing membasahi kerongkongannya, hanya aku saja yang membimbing kepalanya agar tetap tidak melepas kulumannya. Setelah aku lemas baru dia melepaskan kulumannya, “Udah Pak?, apa masih sakit Pak?” tanyanya lugu, dengan wajah yang memelas, bibirnya yang basah memerah, dan sedikit berkeringat. Aku tertegun memandang Sum yang begitu menggairahkan saat itu, aku duduk menghampirinya, “Sum kamu capek ya, apa kamu mau tahu kalau kamu diurut juga kamu bisa seger kayak Bapak sekarang!” “Nggak Pak, saya nggak capek, apa bener sih Pak kalo diurut kayak tadi, bisa bikin seger? tanyanya semakin penasaran. Aku hanya menjawab dengan anggukan dan sambil meraih pundaknya kucium keningnya, lalu turun ke bibirnya yang basah dan merah, dia tidak meronta juga tidak membalas. Aku merasakan keringat dinginnya mulai keluar, ketika aku mulai membuka kancing bajunya satu persatu, sama sekali dia tidak berontak hingga tinggal celana dalam dan Bh- nya saja. Tiba-tiba dia berkata, “Pak, Sum malu Pak, nanti kalo Ibu dateng gimana Pak?” tanyanya takut. “Lho Ibu kan baru nanti jam enam, sekarang baru jam tiga, jadi kita masih bisa bikin seger badan”, jawabku penuh nafsu. Lalu semua kubuka tanpa penutup, begitu juga aku, kemaluanku sudah mulai berdiri lagi. Dia kurebahkan di tepi tempat tidur, lalu aku berjongkok di depan dengkulnya yang masih tertutup rapat, “Buka pelan-pelan ya, nggak pa-pa kok, aku cuma mau urut punya kamu”, kataku meyakinkan, lalu dia mulai membuka pangkal pahanya, putih, bersih dan sangat sedikit bulunya yang mengitari liang kewanitaannya, cenderung botak. Dengan ketidaksabaranku, aku langsung menjilat bibir luar kewanitaannya, tanpa ampun aku jilat, sesekali aku sodokkan lidahku ke dalam, “Akh.. Pak geli.. akh.. akuhhfh..” Klitorisnya basah mengkilat, berwarna merah jambu. Aku hisap, hanya kira-kira 5 menit kulumat liang kewanitaannya, lalu dia berteriak sambil menggeliat dan menjepit kepalaku dengan pahanya serta matanya terpejam. “Akh.. akh.. uahh..” teriakan panjang disertai mengalirnya cairan dari dalam liang kewanitaannya yang langsung kujilati sampai bersih. “Gimana Sum, enak?” tanyaku nakal. Dia mengangguk sambil menggigit bibir, matanya basah kutahu dia masih takut. “Nah sekarang, kalau kamu sudah ngerti enak, kita coba lagi ya, kamu nggak usah takut!”. Kuhampiri bibirnya, kulumat bibirnya, dia mulai memberikan reaksi, kuraba buah dadanya yang kecil, lalu kuhisap-hisap puting susunya, dia menggelinjang, lama kucumbui dia, hingga dia merasa rileks dan mulai memberikan reaksi untuk membalas cumbuanku, kemaluanku sudah tegang. Kemudian kuraba liang kewanitaannya yang ternyata sudah berlendir dan basah, kesempatan ini tidak kusia-siakan, kutancapkan kemaluanku ke dalam liang kenikmatannya, dia berteriak kecil, “Aauu.. sakit Pak!”. Lalu dengan perlahan kutusukkan lagi, sempit memang, “Akhh.. uuf sakit Pak..”. Melihat wajahnya yang hanya meringis dengan bibir basah, kuteruskan tusukanku sambil berkata, “Ini nggak akan lama sakitnya, nanti lebih enak dari yang tadi, sakitnya jangan dirasain..” tanpa menunggu reaksinya kutancapkan kemaluanku, meskipun dia meronta kesakitan, pada saat kemaluanku terbenam di dalam liang surganya kulihat matanya berair (mungkin menangis) tapi aku sudah tidak memikirkannya lagi, aku mulai mengayunkan semua nafsuku untuk si Sum. Hanya sekitar 7 menit dia tidak memberikan reaksi, namun setelah itu aku merasakan denyutan di dalam liang kewanitaannya, kehangatan cairan liang kewanitaannya dan erangan kecil dari bibirnya. Aku tahu dia akan mencapai klimaks, ketika dia mulai menggoyangkan pantatnya, seolah membantu kemaluanku memompa tubuhnya. Tak lama kemudian, tangannya merangkul erat leherku, kakinya menjepit pinggangku, pantatnya naik turun, matanya terpejam, bibirnya digigit sambil mengerang, “Pak.. Pak terus.. Pak.. Sum.. Summ..Sum.. daapet enaakhh Pak.. ahh..” mendengar erangan seperti itu aku makin bernafsu, kupompa dia lebih cepat dan.. “Sum.. akh.. akh.. akh..” kusemprotkan semua maniku dalam liang kewanitaannya, sambil kupandangi wajahnya yang lemas. Aku lemas, dia pun lemas. “Sum aku nikmat sekali, habis ini kamu mandi ya, terus beresin tempat tidur ini ya!”, suruhku di tengah kenikmatan yang kurasakan. “Ya Pak”, jawabnya singkat sambil mengenakan pakaiannya kembali. Ketika dia mau keluar kamar untuk mandi dia berbalik dan bertanya, “Pak.. kalo pulang siang kayak gini telpon dulu ya Pak, biar Sum bisa mandi dulu, terus bisa ngurutin Bapak lagi”, lalu ngeloyor keluar kamar, aku masih tertegun dengan omongannya barusan, sambil menoleh ke sprei yang terdapat bercak darah perawan Sum. Saat ini Sum masih bekerja di rumahku, setiap 2 hari menjelang menstruasi (datang bulannya sangat teratur), aku pulang lebih awal untuk berhubungan dengan pembantuku, namun hampir setiap hari di pagi hari kurang lebih pukul 5, kemaluanku selalu dikulumnya saat dia mencuci di ruang cuci, pada saat itu isteriku dan anak-anakku belum bangun.
Senin, 15 Februari 2016
anak skul di warnet asoy
Kamis, 11 Februari 2016
gara gara terjatuh
Rabu, 10 Februari 2016
anak tukang pijit
Anak Tukang Pijat, Suatu malam yang dingin... aku sendiri... Bang Erik dan Kak wenda sedang berlibur ke Batu ( Malang ) bersama dengan Deasy dan Santi, sedang Winny adik Kak Wenda sedang tidur di rumah temannya, hari itu Sabtu malam Minggu, jam menunjukkan pukul 6.45 aku ke depan cari pak Pardi tukang becak yang biasa mangkal di dekat warung rokok. " Pak, tolong panggilin Bik Suti tukang pijit donk... badan saya lagi pada pegel... " kataku minta tolong.